KONSEP PRESIDEN RI TAHUN 2014

Bangsa Indonesia ini merupakan bangsa yang besar. Ini adalah kalimat yang sering diucapkan oleh para pembesar bangsa ini. Namun, kalimat bangsa yang besar ini sering ditautkan dengan luasnya Negara Indonesia dari segi geografis.

Saya anak bangsa ini yang baru lahir kemarin soreh, sehingga secara psikologis dan identintas kebangsaan saya adalah warga Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan oleh Bapak Ir Soekarno pada tanggal 17-8-1945.Sebagai anak bangsa dari Negara  Indonesia yang terkenal di dunia dengan   pijakan berbudaya, bermoral serta warganya mayoritas muslim serta beragama, maka saya tentunya merasa aneh dengan kondisi Bangsa yang merupakan negri seribu pulau ini.

Beridiologikan PANCASILA sebagai dasar Negara kita, serta bersombayankan BHINEKA TUNGGAL IKA dan   UUD 1945 sebagai landasan konstitusional kita dalam rangka dasar konsep  dalam menjalankan kehidupan berbangsa bernegara yang sistim perintahan kita pun telah ditetapkan oleh para pendahulu kita secara konferehensip dari berbagai aspek. Maka secara sepintas seakan ada harapan besar hidup dalam alam Indonesia ini akan didapatkan ketenangan, kedamaian, saling menghargai serta tercipta pemerataan disegala bidang, terutama dalam koridor adanya persamaan hukum dalam hal mendapatkan peradilan yang tidak ada pembeda antara warga Negara Republik Indonesia ini.

Negara Indonesia yang terkenal dengan keunikan yang berbeda ras, budaya, bahasa dari daerah yang satu ke daerah yang lain, serta di huni oleh warga yang diwarnai dengan ragam agama ini sesungguhnya sudah menunjukkan bangsa yang luar biasa, karena masyarakatnya dapat hidup tentram dan damai dalam wadah Negara republik Indonesia. Ini berkat dapat dipahamkannya serta ditemukannya oleh para pendahulu kita satu naungan kalimat yang dapat diterima dan mendamaikan jiwa serta ras seluruh anak bangsa ini untuk hidup tenang, damai dan bersama tidak membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Yang dimana kalau disadari konsep ini secara nyata mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di dunia peradaban masa dulu dan masa kini, yakni kalimat BHINEKA TUNGGAL IKA.

Kalimat sederhana ini sesungguhnya bukannlah sebuah kalimat pujangga yang tidak memiliki makna, belum lagi konsep berbangsa dan bernegara yang juga mesti di akui oleh dunia yakni kalimat PANCASILA sebagai dasar Negara kita sesungguhnya Allah SWT telah menentukan Indonesia dan seluruh umat yang berada di dalamnya sebaga bangsa yang diberi rahmat dan petunjuk, sehingga alam berpikir para pendahulu kita dapat dengan sempurna mengungkapkan ide-ide untuk pondasi Negara kita ini.

Saya melihat Negara ini ibaratkan kapal mulai banyak yang mencampuri penahkodaan kapal ditengah lautan bebas. Dimana seluruh penumpang mengemukakan pendapat dan pandangannya tentang arah kapal, bahwa kalau melalui jalur ini kita akan capati tujuan dengan cepat, dan yang lainnya pun memiliki gagasan dan ide yang berbeda , sehingga karena demokrasi maka waktu digunakan hanya untuk berdebat dan mencari solusi, sementara para penumpang sudah mulai kehabisan perbekalan masing-masing. Dalan perumpamaan  ini, anggapan pribadi dalam amatan pikiran saya, apa yang dikatakan para orang yang mengemukakan pendapatnya tadi, boleh jadi yang dipikirkan salah satunya hanylah lintasan kapal, bahwa kita harus memotong lewat lintasan jalur ini. Namun boleh jadi tingkatan kedalaman laut sudah tidak lagi diperhatikan, dan kemudian kondisi cuaca yang dimana beda lokasi pastilah beda kondisi badainya. Mungkin itupun tidak juga diperhatikan, berlum lagi pengetahuan terhadap mesin tidak dimiliki hanyalah teori di atas kertas. Maka tentulah kalau dipercayakan pada orang-orang ini mungkin saja akan terjadi hambatan dalam pelayaran kapal tersebtu.

Dengan perumpaan yang ada tersebut, mungkin ini hanyalah salah satu model kesalahan yang ada di Negara ini. Analisa saya bahwa cerita di atas menggambarkan banyaknya anak negeri ini yang maju kedepan mengemukakan gagasan secara total demi bangsa namun tidak memiliki kajian dan landasan yang konferehensip dari segala aspek. Hanya berdasarkan pengamatan kasak mata melihat Negara lain di dunia ini, kemudian muncullah keresahaan bahwa Negara ini harus begini dan begitu. Sehingga secara karakteristik kenegaraan kita sebagai Negara yang jelas memiliki identintas yang beda dari Negara lain, akhirnya semakin hari-semakin sirna. Kita sesungguhnya tidak perlu risau dengan kondisi dunia, dalam artian mengamati serta menirupun dari Negara lain itu pun tidaklah mesti tidak dilakukan apabila dapat memajukkan bangsa dan Negara kita demi rakyat. Tetapi saya secara naluri dan nurani dalam sanubari yang paling dalam, sesungguhnya kalau pemimpin negeri ini mau menghayati karakter secara mendalam negeri ini, maka saya yakin bangsa ini akan menjadi penyelemat umat di dunia dalam segala hal. Ada pandangan  yang akan saya paparkan seandainya saya menjadi seorang presiden di Negara ini. Tentunya ini bukanlah hayalan bahwa saya ingin sekali menjadi presiden, namun saya selaku anak bangsa yang mencoba mengamati pergolakan di Negara ini sedikitnya ingin  memberikan pandangan.

Negara Indonesia ini secara sepintas dirahmati Allah SWT dalam segala hal, ini terlihat tatkala muncul para tokoh bangsa dengan gagasan yang lain dari bangsa yang sudah maju dah jauh sudah merdeka. Kalau mau dipahami presiden sesungguhnya harus kembali menempatkan Indonesia sebagai bangsa yang tidak mengedapankan kepentingan, walaupun lahir dari partai politik yang secara jelas nyata itu suatu pekumpulan orang banyak dalam satu warna dan satu identisa parpol. Karena jabatan presiden adalah jabatan yang tanggung jawab lahir bathin, artinya keputusan pengambilan kebijakan harus diambil berdasarkan kajian Lima Sila yang terdapat dalam PANCAILA dalam naungan BHINEKA TUNGGAL IKA. Formalitas konstitusionalnya adalah UUD 1945 dan Aturan perundang-undang lainnya yang berada dibawahnya sesuai dengan system ketata negaraan kita. Namun penempatan kajian “Bathin” seorang presiden harus berdasarkan urutan di atas, itulah menurut saya karakteristik pengambilan keputusan pemimpin yang diinginkan oleh para pendahulu bangsa ini yang tertuang dalam dasar Negara dan lainnya. Kalau itu dilakukan maka, insya Allah negeri ini akan menjadi negeri yang Rahmatan Lill Allamin bagi seluruh alam semesta.

Gambaran yang lain dari konsep di atas, hari ini jelas bahwa teori geologi menyatakan bahwa pemanasan global sekarang ini hanya dapat diatasi dengan reboisasi kawasan hutan, dan Negara ini merupakan paru-paru dunia. Itu memiliki arti, dimana jelas bahwa karena kita tidak bergerak dalam konsep modernisasi era manusia yang lupa hakekat hidup. Maka saya berharap agar pemerintah di negeri ini dapat sadar dengan kondisi hari ini, yakni janganlah hari ini tersesat dalam alam pikiran memajukkan Indonesia dalam segi harus sejajar dalam segi kecanggihan infrastruktur. Sesungguhnya kita harus tetap pada konsep dasar Negara ini, sekali lagi mari resapi PANCASILA. Saya melihat para pemimpin negeri ini tidak paham karakter bangsa ini.

Apa yang dicari dalam hidup ini sesungguhnya? Kalau kita mau melihat, menjadi seorang presiden dengan tidak sesungguhnya kita sama secara harfiah. Yang membedakan sekaran adalah presiden dapat melakukan kebijakna atas dasar kelompoknya. Karena partai politiknyalah yang menjadikan dia Presiden, bukan rakyat. Jujur saya katakana itu, karena kalau rakyat maka tentu pasti meiliki nurani dan Negara ini tidak berada dalam kondisi seperti sekarang ini. Partai politik menjadi gerbong untuk menjajah rakyat di negeri ini, kemiskinan masyarakat menjadikan partai politik yang telah berkuasa untuk di jadikan lahan kepentingan mereka. Saya melihat seakan mereka takut untuk membuat program kesejahteraan pro rakyat karena kalau mereka sejahtera maka rakyat Indonesia lama kelamaan akan mayoritasn menjadi cerdas karena secara alami mereka akan banyak yang mempun pendidikan dan itu akan muncul rakyat cerdas yang sejahtera tidak akan dapat di beli dengan ide kebohongan serta uang yang menjadikan mereka pilihan alternatife.

Maka dasarnya memang Negara ini telah masuk pada rel yang salah, butuh proses untuk menuju kembali ke rel yang lintasannya jelas dan benar. Saya hanya berharap bawah adanya system pencalonan independent untuk kepala daerah, maka tahun 2014 mudahan saja akan ada aturan presiden bisa calon lewat independent. Masyarakat yang intelektual haruslah memiliki hati nurani dan tanggung jawab moralitas terhadap sesamanya, kalau tidak ada maka itu sesungguhnya lebih terhormat tukang becak karena dasarnya memang tidak intelek. Jadi, saya hanya satu tawaran demi bangsa dan peradaban kemanusian ini terutama di Indoneisa. Kita kembali kepada ajaran Tuhan. Renungi hati, tawakal terhadap ALLAH, serta tentukan pilihan pemimpin negeri ini kedepan kepada yang telah Allah siapkkan. Bukan partai politik yang menyiapakan dalam bentuk kaderisasi duniawi untuk menyelamatkan kelompok mereka, sesunggunya mereka hanyalah berkelompok untuk menjajah negeri ini. Berkelompok hanya ingin menyatu dalam kekuasaan mereke saja, bersatu dalam warna mereka untuk mengejar keduniawian materialistisme dunia, saya melihat rakyat harus berani untuk bangkit mengusung pemimpin dari rakyat. Buka dari partai politik yang hanya menggunakn slogan dalam baleho dari rakyat. Namun harus pemimpin yang dalam asumsi jawa SATRIO PININGIT. Saya yakin, ada kekuasaan Allah yang dapat menyiapkan pemimpin umat dari tangannya sendiri, kader dari ALLAH SWT sendiri, Saya kira itu akan ada, yang jelasnya satu cirinya akan muncul dari kalangan rakyat jelata. Karena bagaimana mungkin akan paham kerakyatan kalau tidak lahir dan merangkak dari rumah sederhana. Kalau lahir dari sprimbed maka itu hanyalah teoritis kekuasaan duniawiah. Dalam pandangan saya harus dari kalangan MARHAEN ala BUNG KARNO. Kalau ini terjadi maka insya Allah Tujuan Negara akan tercapai, dan merah putih akan menjadi panutan bangsa dan umat lain di dunia ini.

Tinggalkan komentar